Non Matematic

Teori Kepemimpinan


A.    Pendahuluan
Manusia sejak dalam kandungan ibunya secra tidak langsung telah diperkenalkan tentang organisasi dan manajemen, yaitu ketika secara berkala ia konsultasi kepada bidan atau dokter. Ketika sudah memasuki usia ingin melahirkan, yang disibukkan tidak hanay orang tuanyanya, melainkan orang yang berada pada sekelilingnya turut berperan sesuai dengan keahliannya. Begitu sang bayi sudah dilahirkan, pada saat ini yang terlibata tidak hanya orang tua ataupun saudara dan kerabatnya saja  namun juga masyarakat yang berada pada daerah tersebut. Keadaan tersebut berlanjut hingga bayi berusia dibawah tiga tahun (Batita), bayi dibawah lima tahun (Balita), kanak-kanak (usia antara 5-7 tahun), anak-anak (usia antara 7/8 s.d. 11/12 tahun), remaja (usia antara 12/13 s.d. 15/16 tahun) hingga menjadi dewasa. Ilustrasi inilah yang dimaksud bahwa, secara kodrati manusia sejak berada dalam kandungan ibunya telah dilibatkan atau diperkenalkan kepada system organisasi dan manajemen, bahkan administrasi. 
Iliustrasi tersebut menjelaskan, bahwa manusia memiliki kelebihan dan kekirangan, yang kemudian membentuk sistem sosial saling tolong- menolong atau dalam budaya masyarakat Indonesia dikenal dengan istilah “gotong royong”. Hidup berorganisasi dapat dijumpai dalam segala bidang kehidupan di manapun manusia berada. James Bumhan, sarjana Amerika Serikat berpendapat, bahwa “revolusi politik dan social akan timbul dan diselesiakna dengan segera, akan tetapi aka nada revolusi pada abad modern ini yang tidak akan pernah terselesaikan yaitu managerial revolution (MR). sebab, “MR” inilah yang menimbulkan suatu kelas-kelas terpenting dalam suatu masyarakat yaitu managerial class. Tumbuhnya kelas-kelas ini sangat dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain: faktor agama, tradisi dan adat istiadat.
Isi kandungan yang akan dibahas pada bab ini ialah berkisar tentang pengertian, criteria pemimpin, Tupoksi dan macam-macam gaya kepemimpinan. Namun sebelum membahas semua itu terlebh dahulu kita akan bahas mengenai konsep organisasi terlebih dahulu.

B.     Organisasi (organization)
Secara umum, organisasi adalah sekumpulan orang dengan ikatan tertentu yang merupakan wadah untuk mencapai cita-cita mereka (Made Pidarta, 1985). Menurut Schemerhorn, Hunt dan Osborn yang pendapatnya dikutip Sudjana (1992) mengemukakan bahwa, organisasi merupakan sistem terbuka (open system) yang mentransformasi sumber-sumber manusiawi dan non manusiawi sebagai masukan (in put) dari lingkungan (inveronment) kemudian didayagunakan dalam kegiatan (process) untuk pencapaian tujuan (out put).
Mempelajari kronologis terbentuknya suatu organisasi menurut Sudjana (1992) paling tidak dalam suatu organisasi ada tiga cirri pokok, yaitu:
1.      Adanya pembagian tugas, kekuasaan dan tanggung jawab dalam berkomunikasi yang ditentukan dengan sengaja untuk merealisasikan tujuan-tujuan tertentu.
2.      Adanya satu atau beberapa pusat kekuasaan yang mengendalikan dan mengarahkan semua kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi.
3.      Penggantian orang dilakukan atas dasar pertimbangan daya guna dan hasil guna dalam mencapai tujuan.

a.    Organisai Formal (formal organization)
Organisasi Formal adalah organisasi yang secara formal menetapkan tujuan yang akan dicapainya itu berdasarkan peraturan atau hokum yang berlaku, menetapkan pola kegiatan dan menekankan pada koordinasi dan hierarki kewenangan.
Mac Waber yang pendapatnya dikutip Sudjana (1992) mengemukakan ada enam cirri pokok birokrasi, yaitu:
1)        Wilayah hukum organisasi ditetapkan secara khusus dan diatur berdasarkan peratutan tersendiri, susunan kekuasaannya jelas dan dibentuk sebagai perangkat untuk melaksanakan misi organisasi.
2)        Organisasi disusun secara hierarki disertai tingkat-tingkat kekuasaan tertentu.
3)        Organisasi dikelola melalui persiapan, pemeliharaan dan penggunaan dokumen tertulis.
4)        Para pemegang kedudukan dalam organisasi mendapatkan latihan jabatan khusus.
5)        Birokrsai memerlukan kemampuan kerja optimal dari para pemegang kedudukan dan administrasi dilaksanakan secara terus menerus.
6)        Semua bentuk kegiatan resmi diadakan atas dasar peraturan resmi yang ditentukan oleh atau untuk organisasi.
contoh dari organisasi formal, antara lain: organisasi politik (Orpol), organisasi masa (Ormas), organisasi kepemudaan (OKP) dan organisasi kemahasiswaan yang terdaftar dan terdata dalam Kementerian Dalam Negeri.

b.      Organisasi Sosial (social organization)
Organisasi sosial yaitu organisasi yang dibentuk berdasarkan tujuan yang tidak formal, tetapi secara implicit terpaut dengan pola kerja yang longgar dan bahkan tidak secara hierarkis kewenangannya. Menurut Sudjana (1992), organisasi social disebut juga organisasi sukarela (voluntary association) yaitu kelompok kedua (secondary group) yang dibentuk oleh orang-orang yang memiliki kepentingan bersama, seperti perkumpulan masyarakat daerah tertentu atau ikatan alumni suatu lembaga pendidikan.


 
c.       Organisasi Informal (informal organization)
Organisasi Informal yaitu organisasi yang terbentuk dalam organisasi formal tetapi tidak termasuk dalam struktur atau peraturan yang tertulis. Organisasi ini timbul secara spontan dan didorong oleh kebutuhan terhadap pergaulan, persahabtan, rasa aman di antara sesame anggota formal, seperti: perkumpulan arisan, persahabatan, rekreasi di antara para karyawan suatu perusahaan.
Ketiga organisasi tersebut memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah, semua organisasi merupakan sebuah system yang di dalamnya terdiri dari beberapa sub-sistem.

C.    Kepemimpinan
Banyak orang yang memandang kepemimpinan hanya pada aspek posisi semata. Sehingga banyak orang menghalalkan cara untuk meraihnya termasuk menggunakan money politic atau membeli kedudukan dengan uang, menjilat atasan  menyiukut teman dan caracara yang tidak baik lainnya.
Rasulullah SAW bersabda melalui hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmizi dan Abu Dawud dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim yang artinya bahwa, “Setiap orang dari kamu adalah pemimpin dan kamu bertanggung jawab terhadap kepemimpinan itu.”
Untuk mempelajari kepemimpinan dapat digunakan tiga pendekatan, yaitu:
1.      Kepemimpinan itu tumbuh dari bakat
2.      Kepemimpinan tumbuh dari perilaku
3.      Kepemimpinan bersandar pada pandangan situasi (situationar perspective) yaitu bahwa kondisilah yang menentukan efektivitas pemimpin.


Dari hasil analisis ilmiah Keith Devis merumuskan bahwa sifat-sifat umum  yang mempengaruhi terhadap keberhasilan dalam kepemimpinan seseorang di organisasi, antara lain:
1.      Kecerdasan
2.      Kedewasaan dan keluasan hubungan social
3.      Motivasi diri dan dorongan berprestasi
4.      Sikap hubungan kemanusiaan
5.      Kewibawaan pemimpin
6.      Perilaku dan situasi, yaitu Konsiderasi: kecenderungan seorang pemimpin yang menggambarkan tentang hubungan dengan bawahan, dan Struktur Insiasi: kecenderungan seorang pemimpin yang memberikan batasan kepada bawahan.
a.      Pengertian Kepemimpinan
Dalam bahasa Indonesia kata kepemimpinan sering dikaitkan dengan sebutan penghulu, pelopor, pemuka, pembina, panutan, pembimbing, pengurus, penggerak, ketua, kepala, penuntun, raja, tua-tua, dan sebaginya. Pemimpin adalah suatu lakon atau peran dalam sistem tertentu, sedangkan istilah kepemimpinan pada dasarnya berhubungan dengan keterampilan, kecakapan dan tingkat pengaruh yang dimiliki seseorang, oleh sebab itu kepemimpinan bisa dimiliki oleh orang yang bukan pemimpin.
Pemimpin dalam bahasa inggris artinya “Leader”, yang mempunyai makna, antara lain:
1.      Loyality (Loyalitas)
2.      Educate
3.      Advice (saran, nasehat)
4.      Discipline




Beberapa tokoh mendefinisikan kepemimpinan, antara lain:
1.      Shared Goal, Hemhiel & Coons, (1957: 7), kepemimpinan adalah sikap pribadi yang memimpin pelaksanaan aktivitas untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
2.      Tannebaum, Weschler & Nassarik (1961: 4), kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi dalam situasi tertentu dan langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu.
3.      Jacobs & Jacque (1990: 281), kepemimpinan adalah suatu proses yang member arti (penuh arti kepemimpinan) pada kerjasama dan dihasilkan dengan kemauan untuk memimpin dalam mencapai tujuan.
4.      Thoha (1983: 132), kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu.
5.      Ngalim Purwanto (1991: 26), kepemimpinan adalah sekumpulan dari serangkain kemampuan dan sifat-sifat kepribadian, termasuk di dalamnya kewibawaan, untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugsa yang dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat, ada kegembiraan batin, serta merasa tidak terpaksa.
6.      John Piffner dalam Abu Ahmadi (1999: 124-125), kepemimpinan merupakan seni dalam mengkoordinasikan dan mengarahkan individu atau kelompok untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki.
7.      Slamet (2002: 29), kepemimpinan adalah suatu kemampuan, proses, atau fungsi pada umumnya untuk mempengaruhi orang-orang agar berbuat sesuatu dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
8.      Robbins (2002: 163), kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan.


Dari beberapa pengertian tersebut, dapat dikemukakan bahwa kepemimpinan mengandung beberapa unsur pokok antara lain:
1.      Kepemimpinan melibatkan orang lain dan adanya situasi kelompok atau organisasi tempat pemimpin dan anggotanya berinteraksi.
2.      Di dalam tempat kepemimpinan terjadi pembagian kekuasaan dan proses mempengaruhi bawahan oleh pemimpin, dan
3.      Adanya tujuan bersama yang harus dicapai.

b.      Kriteria Seorang Pemimpin
Stephen R. Coney menuliskan tiga karakteristik seorang pemimpin sebagai berikut:
1.      Seorang yang belajar seumur hidup, tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi juga diluar sekolah.
2.      Berorientasi pada pelayanan, sebab prinsip pemimpin dengan yakni melayani berdasarkan karier sebagai tujuan utama.
3.      Membawa energy yang positif, yakni semangat.
Menurut R. Coney seorang pemimpin harus dapat menunjukkan energy positif, antara lain:
1.      Percaya pada orang lain
2.      Keseimbangan dalam kehidupan
3.      Melihat kehidupan sebagai tantangan
4.      Sinergi
5.      Latihan mengembangkan diri sendiri, antara lain:
a)      Pemahaman materi
b)      Memperluas materi melalui belajar dan pengalaman
c)      Mengajar materi pad aorang lain
d)     Mengaplikasikan prinsip-prinsip
e)      Memonitoring hasil
f)       Merefleksikan kepada hasil
g)      Menambahkan pengetahuan baru yang diperlukan
h)      Pemahaman baru, dan
i)        Kembali menjadi diri sendiri
Atas dasar ungkapan tersebut, seseorang dapat dikatakan berjiwa pemimpin paling tidak memenuhi beberapa criteria sebagai berikut:
1.      Pengaruh/wibawa
2.      Kekuatan/power
3.      Wewenang
4.      Pengikut
Secara khusus, seseorang dapat dikategorikan pemimpin sejati, jika ia memiliki empat criteria di bawah ini, yaitu:
1.      Visioner
2.      Sukses bersama
3.      Mau terus menerus belajar dan diajar (teachable and learn continuous)
4.      Mempersiapkan calon-calon pemimpin masa depan

c.       Tugas Pemimpin
Menurut James A.F Stonen, tugas utama seorang pemimpin adalah:
1.      Pemimpin bekerja dengan orang lain.
2.      Pemimpin adalah tanggung jawab dan bertanggung jawab (akuntabilitas).
3.      Pemimpin menyeimbangkan pencapaian tujuan dan prioritas.
4.      Pemimpin harus berfikir analitis dan konseptual.
5.      Manajer adalah forcing mediator (mengajak dan melakukan kompromi).
6.      Pemimpin adalah politisi dan diplomat.
7.      Pemimpin membuat keputusan yang sulit.

d.      Macam-macam Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin bersikap, berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain dalam mempengaruhi orang untuk melakukan sesuatu. Apabila memimpin dengan melakukan pendekatan pemberian motivasi ditekankan pada reward (baik ekonomis maupun non ekonomis) berarti ia menggunakan gaya kepemimpinan yang positif. Sedangkan jika pendekatan yang digunakan dalam kepemimpinannya adalah dengan menggunakan hukuman (punishment), berarti ia menerapkan gaya kepemimpinan yang negative.
Selain kedua gay akepemimpinan di atas, terdapat juga empat gaya kepemimpinan yang sering dijadikan wacana para organisatoris, yaitu:
1.      Otokratis, yaitu gaya kepemimpinan yang menggunakan pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan dan pengembangan strukturnya.
2.      Partisipasif, yaitu gaya kepemimpinan yang lebih banyak mendesentralisasikan wewenang yang dimilikinya kepada bawahan sehingga keputusan yang diambil tidak bersifat sepihak.
3.      Demokrasi, yaitu gaya kepemimpinan yeng menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang kooperatif.
4.      Kendali bebas, yaitu gaya kepemimpinan yang memberikan kekuasaan penuh kepada bawahannya, struktur organisasi bersifat longgar dan pemimpin bersifat pasif.     
Dilihat dari orientasi pemimpin, terdapat dua gaya kepemimpinan yang diterakapkan, yaitu:
1.      Gaya konsideral dan struktur (orientasi pegawai dan tugas)
2.      Gaya kepemimpinan kontingenis, yakni gaya kepemimpinan yang bergantung pada situasi di mana pemimpin bekerja.
Blanchard mengemukakan empat gaya kepemimpinan yang dipengaruhi oleh cara seorang pemimpin dalam memberikan perintah dan cara pemimpin dalam membantu bawahannya, yakni:
1.      Directing, yakni menjelaskan, memberikan arahan (motivasi) dan pengalaman pemimpin kepada bawahan.
2.      Coaching, yakni pemimpin tidak hanya memberikan detail proses dan aturan kepada bawahan, tapi menjelaskan mengapa suatu keputusan diambil, mendukung proses perkembangannya dan juga menerima berbagai masukan dari bawahan.
3.      Supporting, yakni gaya memimpin dengan memberikan fasilitas dan membantu upaya bawahannya dalam melaksankan tugas.
4.      Delegating, yakni gaya kepemimpinan mendelegasikan seluruh wewenang dan tanggung jawabnya kepad bawahan.
Hal yang perlu diperhatikan untuk dapat mengembangkan gaya situasional lleadership adalah seorang pemimpin perlu memiliki tiga kemampuan khusus, yakni:
1.      Kemampuan analitis (analytical skill), yakni kemampuan untuk menilai tingkat pengalaman dan motivasi bawahan dalam melaksanakan tugas.
2.      Kemampuan untuk fleksibel ( fleksibility atau adaptability skill), yaitu kemampuan untuk menerapkan gaya kepemimpinan yang paling tepat berdasarkan analisa terhadap situasi.
3.      Kemampuan berkomunikasi (communication skill), yakni kemampuan untuk menjelaskan kepada bawahan tentang perubahan gaya kepemimpinan yang kita tetapkan.
Ketiga kemampuan di atas menurut Gordon (1996: 314-315) sangat dibutuhkan bagi seorang pemimpin, sebab seorang pemimpin harus dapat melaksanakan tiga peran utamanya, yakni: peran interpersonal, peran pengolah informasi (information processing) dan peran pengambilan keputusan (decision making).
Dalam perspektif yang lebih sederhana, Morgan (1996: 156) mengemukakan tiga macam peran pemimpin yang sering disebut dengan 3 A, yakni:
1.      Alighting, yaitu menyalakan semangat pekerja dengan tujuan individunya.
2.      Aligning, yaitu menggabungkan tujuan individu dengan tujuan organisasi sehingga setiap orang menuju ke arah yang sama.
3.      Allowing, yaitu memberikan keleluasaan kepada pekerja untuk menantang dan mengubah cara kerja mereka.



D.    Kepemimpinan Dalam Islam
Rasulullah SAW. adalah tauladan bagi umat dalam segala aspek kehidupan. Khususnya dalam hal kepemimpinan, beliau adalah sosok yang mencontohkan kepemimpinan paripurna karena beliau lebih memprioritaskan kepentingan umat di atas kepentingan pribadi dan keluarganya. Karena itu, maka sangatlah tepat apabila kita umat islam menidolakan dan mengidealkan visi, misi, program kerja dan model kepemimpinan Nabi Muhammad SAW.
1.      Persyaratan Pemimpin Dalam Islam
a.       Adil
Allah SWT. Berfirman dalam Q.S. An-Nisa: 58

Artinya: “Sesungguhnya Allah SWT menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hokum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah SWT adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
b.      Laki-laki
Rasulullah SAW bersabda: “ tidak akan bahagia suatu kaum yang dipimpin oleh wanita.”
c.       Merdeka
d.      Baligh/Dewasa
e.       Berakal sehat/tidak cacat mental
f.       Bisa menjadi hakim
g.      Punya keahlian militer, persenjataan dan urusan perang.
h.      Tidak cacat fisik


2.      Ayat Tentang Kepemimpinan
Allah SAW. berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah: 30
   
Artinya: “ Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah di muka bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”
3.      Hadits Tentang Kepemimpinan
Yahya (2004: 21) mengemukakan beberapa keterangan yang berkaitan dengan masalah pemimpin dan kepemimpinan yang diriwayatkan ibnu majah dari Abdullah bin umar dari Rasulullah SAW., yang artinya: “Pemimpin adalah bayangan Allah SWT. di muka bumi. Kepadanya berlindung orang-orang yang teraniaya dari hamba-hamba Allah SWT., jika ia berlaku adil maka baginya ganjaran dan bagi rakyat hendaknya bersyukur. Sebaliknya apabila ia curang (dzalim), maka niscaya dosalah baginya dan rakyatnya hendaklah bersabar. Apabila para pemimpin curang maka langit tidak akan menurunkan berkahnya. Apabila zina merajalela, maka kefakiran dan kemiskinan pun akan merajalela.”